top of page
  • 作家相片看護好幫手-台翰台印人力

Cerita fiksiRini dan Sepatu Boat

Rini ( nama samara) Pekerja Migran Indonesia, yang bekerja di Taiwan. Kebetulan ia bekerja di wilayah Tamshui Taipei. Tamshui terkenal dengan hawanya yang dingin saat musim dingin tiba. Karena seringnya mengalami cuaca dingin yang ekstrim, sementara pekerjaannya yang sering membawa pasien untuk control ke dokter, atau membawa pasien jalan-jalan ke taman, maka Rini senang sekali mengoleksi sepatu bout.

Ada berbagai model sepatu yang dimilikinya. Rata-rata sepatu-sepatu tersebut hingga sebatas lutut. Menurut Rini, sepatu-sepatu tersebut selain memang mode tetapi juga nyaman dipakai saat musim dingin dan berada diluar ruangan.

Maka untuk urusan sepatu boat, Rini tak merasa sayang untuk membelinya. Apalagi saat libur dimusim dingin, Rini selalu pede dengan sepatu boutnya.

Hingga tak terasa sepatu-sepatu tersebut menumpuk hingga lebih dari selusin. Tak pelak majikan mulai berkomentar. Karena kamar pasien yang seorang nenek mulai tergeser fungsinya. Awalnya ada bagian-bagian yang kosong dan longgar hingga kamar tersebut tampak lega, tapi kini beralih fungsi menjadi penuh kardus-kardus tempat sepatu Rini.

Majikan mulai komplin, dan Rini juga mendapat wejangan, jika sepatu musim dingin tak harus sebanyak itu. Cukup punya satu atau dua, lalu sehari-hari bisa pakai kaos kaki. Namun wejangan majikan tersebut hanya masuk ditelinga kiri keluar telinga kanan. Jika ada model baru Rini selalu keranjingan untuk membelinya. Komplin majikan tak diindahkan.

Hingga suatu hari, majikan memberi ultimatum, kamar nenek harus bersih seperti semula. Rini diberi waktu hingga satu minggu. Jika tidak dibersihkan, barang-barang Rini akan dibuang.

Karena telah mendapat ultimatum yang demikian Rini panic. Dua almari yang diberikan padanya untuk menyimpan barang-barang pribadinya juga telah penuh oleh tas dan baju-baju. Sementara ultimatum majikan tidak main-main.

Nah, akhirnya dengan berat hati Rini menghubungi perusahaan ekspedisi pengiriman barang ke Indonesia. Ia memesan kardus yang paling besar agar dapat mengangkut barang-barang belanjaan miliknya. Selama bekerja hampir tiga tahun ini, Rini tak bisa menekan rasa keinginan belanjanya yang dianggabnya barang-barang tersebut terasa murah. Jangankan saat liburan yang selalu ia sempatkan untuk membeli baju atau tas hingga sepatu, bahkan saat keluar rumah untuk membuang sampah saja jika ia menginginkan barang yang sudah dilihatnya rasa untuk segera terbeli begitu menggebu. Maka tak pelak, barang-barang tersebut begitu menumpuk dan menjadikan kamar nenek penuh sesak menjadi tak nyaman.

Nah dalam waktu satu minggu itu, akhirnya Rini membereskan semua barang-barang yang dimilikinya. Baju, tas termasuk juga sepatu bout kesayangannya untuk dikirimkan ke Indonesia.


Sehari sebelum waktu yang diberikan majikan, bereslah semua. Kamar nenek kembali longgar dan nyaman. Dan barang-barangpun sudah diterbangkan ke Indonesia.

Tiga minggu kemudian, sampailah barang kiriman ke alamat emak dan bapaknya dikampung. Rini mengabari jika barang-barang tersebut berisi baju tas dan sepatu. Untuk emak dan bapaknya ada kue, perkakas dapur dan juga pakaian. Senang dan bahagia emak dan bapaknya menerima barang kiriman tersebut.


Waktu terus berlalu. Rini masih belum mau cuti pulang. Walau kontraknya habis Rini mengabari orang tuanya jika ia balik tanda tangan kontrak baru. Kontrak yang tidak harus pulang terlebih dahulu. Karena peraturan di Taiwan membolehkan demikian.

Rupanya orang tua Rini memendam rasa kangen. Namun bagaimana lagi tampaknya Rini masih kerasan di sana.

Hingga suatu hari, Bapaknya yang pekerjaannya ke sawah mengalami sakit cantengan. Jempol kakinya bengkak hingga tak dapat pergi ke sawah. Sehari, dua hari sang bapak libur. Tapi ditunggu-tunggu jempol kaki yang cantengan tak kunjung sembuh. Iseng-iseng sang emak membuka barang-barang kiriman Rini. Maksud hati ingin merapikan barang-barang tersebut. Namun ditengah merapikan barang-barang Rini, emak menemukan kumpulan sepatu yang banyak. Emak Rini memanggil suaminya dan memberitahu jika ada sepatu yang jika dibawa ke sawah kaki tidak akan terkena lumpur.

Ini pas sekali dipakai sang bapak karena jempol kakinya yang cantengan jika memakai sepatu bout dari Rini maka kaki tersebut tidak akan terkena lumpur sawah.

Maka tanpa pikir panjang sang Bapak memilih sepatu yang tidak berhak tinggi. Setelah menemukan yang pas, sang bapak langsung memakai sepatu bout tersebut dan memanggul cangkul lalu berangkat ke sawah.

Dalam perjalanan ia tak sadar jika banyak mata yang melihatnya. Bahkan tak sekedar melihat, tetapi juga banyak yang memotret dan memvideokannya.

Sepanjang perjalanan Bapaknya Rini tidak menyadari apa yang telah dilakukan orang-orang. Bahkan ada yang sampai mengikutinya hingga ke sawah.

Sebelum kaki bersepatu bout itu nyemplung ke lumpur sawah, salah seorang youtuber bertanya,

“ Pak, kenapa ke sawah memakai sepatu bout.”

“ Wah, saya gak paham ini sepatu apa. Tapi jempol kaki ini cantengan, dan sepatu ini kayak e bisa melindungi jempol yang cantengan ini dari lumpur.” Jawab Bapaknya Rini.

Si youtuber senyum-senyum, sambil menguploud videonya dengan judul

“ Sepatu boat Taiwan Ampuh untuk pelindung kaki Petani yang Cantengan.”

Video tersebut viral, Rini mengetahuinya dan segera ia menelpon emaknya sambil ngomel-ngomel.

Woalaah Rin-Rin. Sepatu boat mu ada gunanya juga untuk bapakmu.## tai-ind



6 次查看0 則留言
bottom of page